Jumat, 02 Desember 2016

Pemeriksaan Cacing Trematoda pada Keong



LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PARASITOLOGI




Disusun oleh:
SITI ISTIKOMAH ISNAENI
I1A015043




KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016





PEMERIKSAAN CACING TREMATODA PADA KEONG
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Parasitologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit yang meliputi protozoa, helminthes, arthropoda, dan insekta parasit baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis, yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang di tempatinya (hospes) (Irianto,2013).
          Platyhelminthes adalah sekelompok organisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari Platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu diedarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap-tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasi yang berakhir pada alat kopulasi dan penis (Maskoeri, 1992).
              Platyhelminthes dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah, berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bersilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut di sebelah anterior, faring tidak berotot, tidak ada anus, usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica. Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ-organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur-telurnya dikumpulkan pada uterus (Yusminah, 2007).
                  Trematoda diketahui bisa menyebabkan penyakit infeksi pada manusia. Dalam siklus hidupnya, trematoda memerlukan hospes perantara untuk pertumbuhan dan perkembangannya, yang biasanya berupa Mollusca (kelas Gastropoda), orang awam biasanya menyebutnya degan siput. Siput dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan yang lembab atau berair. Salah satu contoh lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan siput adalah daerah persawahan. Keberadaan siput di persawahan ini diikuti dengan terdapatnya hewan-hewan lain seperti bebek, sapi, dan kambing yang merupakan hospes definitif dari trematoda. Hal ini menyebabkan siput yang terdapat di persawahan kemungkinan mengandung trematoda yang berpotensi sebagai penyebab infeksi pada manusia (Widoyono, 2005).
Siput merupakan perantara (hospes) dari cacing trematoda yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada tubuh siput tersebut berkembang cerkaria yang pada waktu tertentu keluar mencari hospes untuk bertumbuh lebih lanjut. Apabila mendapatkan hospes maka mirasidium tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan menembus kulit, selanjutnya akan masuk dalam pembuluh darah dan bertumbuh menjadi cacing dewasa (Hafsah, 2013).

B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva cacing trematoda pada sampel keong yang diperiksa.


BAB II
METODE
A.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini, antara lain :
1.      Objek glass
2.      Cover glass
3.      Mikroskup
4.      Pisau
5.      Talenan
6.      Tissue
Bahan  yang digunakan dalam pemeriksaan ini, antara lain :
1.      Kraca
2.      Keong mas
3.      Sumpil
B.  Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam pemeriksaan cacing trematoda pada kraca, keong mas, dan sumpil adalah sebagai berikut :
1.        Kraca, keong mas, dan sumpil diambil dan diletakan di atas talenan.
2.        Segmen ketiga dari belakang dipotong tanpa merusak cangkangnya dengan menggunakan pisau. Setelah pemotongan, pisau dibersihkan dengan tissue untuk digunakan pada pemotongan sampel berikutnya.
3.        Lendir dari keong mas dioleskan pada objek glass.
4.        Object glass ditutup dengan cover glass.
5.        Sampel diamati di mikroskop.







BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
No.
Sampel
Hasil
Keterangan
1.       
Kraca
Tidak ditemukan larva serkaria
negatif
2.       
Keong mas
Tidak ditemukan larva serkaria
negatif
3.       
Sumpil
Tidak ditemukan larva serkaria
negatif
Pemeriksaan sampel baik dari keong mas, kraca maupun sumpil yang kelompok saya lakukan, dapat diketahui bahwa ketiga hasil pemeriksaan menunjukkan hasil negatif dengan tidak ditemukannya stadium larva serkaria pada pengamatan yang kami lakukan di bawah mikroskop.
B.  Pembahasan
Metode pemeriksaan cacing Trematoda dengan sampel keong mas, kraca, dan sumpil merupakan metode yang sangat sederhana. Terlihat dari bahan yang digunakan dan alat-alat penelitian yang mudah didapatkan. Selain itu, pada metode ini hanya menggunakan lendir yang terdapat pada sampel. Trematoda bereproduksi aseksual di hospes perantara I (siput), menghasilkan ribuan serkaria untuk ditransmisikan ke hospes perantara II (Peterson, 2013).
Cara kerja metode ini dengan cara memotong segmen ketiga dari ujung cangkang yang terdapat organ hati tempat serkaria berkembang, oleh karena itu  dibutuhkan  spesimen hidup agar serkaria juga masih hidup. Cangkang yang telah terpotong tersebut akan keluar lendir. Lendir diulaskan pada object glass, kemudian ditutup dengan cover glass lalu amati dengan mikroskop, kemudian proses pemeriksaan diulangi dengan spesimen yang berbeda.
Setiap metode yang digunakan pada penelitian, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan, antara lain :
1.    Kekurangan dari metode yang digunakan :
a.       Siput mudah hancur karena bentuknya yang kecil
b.      Harus benar dalam melakukan proses pemotongan agar keong tidak pecah
2.    Kelebihan dari metode yang digunakan :
a.       Alat yang digunakan sederhana
b.      Bahan untuk sampel mudah ditemukan
c.       Cukup efektif untuk proses pemeriksaan cacing trematoda
d.      Biaya yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan sangat efisien
Jenis siput, seperti keong mas (Pomacea canaliculata), kraca (Pila ampullaceae), dan sumpil (Helix pomatia) potensial untuk menyerang persawahan. Siput adalah herbivora yang sangat rakus. Selain padi muda, mereka juga menyukai tanaman air seperti Azolla, eceng gondok, kangkung, dan berbagai jenis sayuran lainnya. Oleh karena itu, kelompok siput dengan mudah dapat berkembang biak di persawahan (Susanto, 1995).
Keong sawah (Pilla ampullaceal) adalah jenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, dan danau. Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai kraca, keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut. Bentuknya agak menyerupai siput murbai, tetapi keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup atau pelindung tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya (Muchsin dkk, 2010).
Keong mas (Pomacea canaliculata) tergolong dalam famili Ampullaridae dan ordo Mesogastropoda. Cangkang keong mas berwarna kuning. Lingkaran (ubin) cangkang terdiri dari lima sampai enam buah dipisahkan dengan kedalaman yang disebut suture, bukaan cangkang (aperture) berbentuk panjang dan hampir bulat. Keong mas jantan memiliki aperture lebih bulat dari betina. Ukuran cangkang bervariasi dengan lebar 4-6 cm dan tinggi 4,5-7,5 cm. Operculum (tutup cangkang) umumnya tebal dan strukturnya berpusat dipusat cangkang. Operculum dapat ditarik masuk ke dalam aperture. Pada bagian kepala keong mas terdapat sepasang tentakel panjang berpangkal di atas kepala (Rusdy, 2010).
Sumpil (Helix pomatia) sering dijumpai di sungai atau di areal persawahan. Sumpil sangat mudah dibedakan dengan Gastropoda lain karena sumpil  berbentuk kerucut lancip dan kecil. Cangkang sumpil berwarna hitam polos, walaupun jenis lain ada yang berwarna kecoklatan dengan bintik-bintik hitam maupun coklat yang lebih tua (Nurhudda, 2012). 
Menurut Soedarto (2011), Trematoda memiliki lima jenis larva, yaitu:
1.      Mirasidium, merupakan larva stadium pertama yang menetas dari telur pada waktu masuk ke dalam air. Larva ini memiliki silia untuk bergerak.
2.      Sporokista, merupakan larva yang terbentuk di dalam tubuh molluska. Larva ini merupakan kantong yang berisi redia muda.
3.      Redia, merupakan larva yang terbentuk di dalam tubuh molluska. Larva ini memiliki oral sucker dan berisi redia atau serkaria.
4.      Serkaria, merupakan stadium terakhir yang terdapat di dalam tubuh molluska. Larva ini memiliki ekor dan akan meninggalkan tubuh molluska kemudian bebas berenang di air.
5.      Metaserkaria, merupakan stadium infektif yang membentuk kista dan kehilangan ekornya. Larva ini terdapat pada hospes perantara kedua.
Dalam tubuh hospes pertama Trematoda yaitu siput,  terdapat sporokista, redia, dan serkaria. Dari ketiga larva tersebut, biasanya serkaria yang diamati dengan mikroskop. Serkaria memiliki sebuah oral sucker  dengan banyak papila dan oral aperture  di tengahnya serta terapat ventral sucker dengan beberapa papila diskrit di tepi.  Serkaria memiliki kelenjar penetrasi lateral dan kelenjar preacetabular, yang menyebabkan saluran-saluran daerah anterior membuka ke dalam saku anterior kecil. Sel-sel api  serkaria terletak di lateral. Dalam tubuh serkaria, sel-sel somatik tampaknya memiliki metabolisme yang aktif, dengan retikulum endoplasma berkembang dengan baik, butiran sekretori, dan inti yang jelas (Pinheiro dkk, 2012).
Berdasarkan pemeriksaan pada kraca, keong mas, dan sumpil mendapatkan hasil yang negatif atau dapat dikatakan pemeriksaan pada sampel tidak mengandung larva atau yang disebut dengan serkaria dari cacing trematoda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hasil negatif untuk ketiga sampel, antara lain :
1.    Petani tidak lagi menggunakan pupuk kandang untuk menyuburkan tanaman.
2.    Digunakannya traktor untuk membajak sawah, sehingga sapi ataupun kerbau tidak lagi digunakan untuk membajak karena kurang efisien.
3.    Sanitasi lingkungan yang semakin baik.
4.    Saat melakukan identifikasi, praktikan kurang teliti dan tidak mengikuti prosedur kerja yang ada.
5.    Siput memang belum terinfeksi cacing trematoda.



BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1.    Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan potongan segmen dari sampel adalah negatif, karena tidak terdapat larva cacing trematoda.
2.    Terdapat berbagai macam jenis keong yang berperan menjadi hospes perantara dari cacing trematoda, diantaranya adalah :
a.    Pomacea canaliculata (keong mas)
b.    Pila ampullaceae (kraca)
c.    Helix pomatia (sumpil)
3.    Pemeriksaan keong dengan menggunakan metode pemotongan pada 3 segmen atau ruas cangkang keong cukup efektif karena mudah dilakukan dan cukup baik dalam proses diagnosis cacing.
4.    Trematoda (cacing daun) memiliki lima jenis larva yaitu mirasidium, redia, sporokista, serkaria dan metaserkaria tetapi yang biasanya dapat ditemukan dalam pemeriksaan keong adalah larva serkaria.
B.  Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum setiap kelompok didampingi oleh satu orang asisten praktikum agar praktikan tidak bingung dan praktikum lebih berjalan dengan efisien.
















DAFTAR PUSTAKA
Hafsah. 2013. “Karakteristik Habitat dan Morfologi Siput Ongcomelania Hupensis Lindoensis Sebagai Hewan Reservoir dalam Penularan Shistosomiasis pada Manusia dan Ternak di Taman Nasional Lore Lindu”. J. Manusia Dan Lingkungan, Volume 20(2): 144-152.
Hala, Yusminah. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.
Irianto. 2013. Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar. Jakarta: UI press.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Muchsin, dkk. 2010. Kepadatan Keong Pila ampullaceal di Areal Persawahan Pondok Hijau. Laporan Praktikum Ekologi Hewan.
Peterson, R.A. 2013. “Relative Competence of Native and Exotic Fishhosts for Two Generalist Native Trematodes”. International Journal for Parasitology: Parasites and Wildlife. Volume 2: 136–143.
Widoyono. 2005. PENYAKIT TROPIS: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasan.Semarang: Erlangga.
Rusdy, Alfian. 2010. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas Keong Mas”. J. Floratek,  5: 172-180.
Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto.
Pinheiro, Jairo, dkk. 2012. “New insight into the morphology ofEurytrema coelomaticum (Trematoda, Dicrocoeliidae) cercariae by light, scanning, and transmission electron microscopies”. Parasitology Research. Volume 111(4): 1437-1445.






LAMPIRAN