LAPORAN
PRAKTIKUM
MATA
KULIAH PARASITOLOGI
Disusun oleh:
SITI
ISTIKOMAH ISNAENI
I1A015043
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2016
PEMERIKSAAN
CACING
TREMATODA PADA
KEONG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Parasitologi adalah
suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit tetapi
dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit
yang tergolong hewan parasit yang meliputi protozoa, helminthes, arthropoda, dan insekta parasit baik
yang zoonosis ataupun anthroponosis. Organisme parasit adalah organisme yang
hidupnya bersifat parasitis, yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang di tempatinya
(hospes) (Irianto,2013).
Platyhelminthes adalah sekelompok organisme
yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya
spesies dari Platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm tipis yang
dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari
cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang
pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu diedarkan
oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada
tiap-tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh
vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasi yang berakhir
pada alat kopulasi dan penis (Maskoeri, 1992).
Platyhelminthes dapat dibagi atas
beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah
planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah,
berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata
kecuali pada larvanya, tidak bersilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula
mulut di sebelah anterior, faring tidak berotot, tidak ada anus, usus berbentuk
garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola
hepatica. Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak
mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata,
Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala.
Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap
progtida mengandung organ-organ alat jantan dan betina yang lengkap.
Telur-telurnya dikumpulkan pada uterus (Yusminah, 2007).
Trematoda diketahui bisa
menyebabkan penyakit infeksi pada manusia. Dalam siklus hidupnya, trematoda
memerlukan hospes perantara untuk pertumbuhan dan perkembangannya, yang
biasanya berupa Mollusca (kelas Gastropoda), orang awam biasanya menyebutnya
degan siput. Siput dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan yang lembab atau berair.
Salah satu contoh lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan siput adalah daerah
persawahan. Keberadaan siput di persawahan ini diikuti dengan terdapatnya
hewan-hewan lain seperti bebek, sapi, dan kambing yang merupakan hospes
definitif dari trematoda. Hal ini menyebabkan siput yang terdapat di persawahan
kemungkinan mengandung trematoda yang berpotensi sebagai penyebab infeksi pada
manusia (Widoyono,
2005).
Siput merupakan
perantara (hospes) dari cacing trematoda yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada tubuh siput tersebut berkembang cerkaria yang pada
waktu tertentu keluar mencari hospes untuk bertumbuh lebih lanjut. Apabila
mendapatkan hospes maka mirasidium tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia
atau hewan dengan menembus kulit, selanjutnya akan masuk dalam pembuluh darah
dan bertumbuh menjadi cacing dewasa (Hafsah, 2013).
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva cacing trematoda pada sampel keong
yang diperiksa.
BAB II
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam pemeriksaan ini, antara lain :
1. Objek glass
2. Cover glass
3. Mikroskup
4. Pisau
5. Talenan
6. Tissue
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini, antara
lain :
1. Kraca
2. Keong
mas
3. Sumpil
B.
Cara
Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam pemeriksaan cacing
trematoda pada kraca, keong mas, dan sumpil adalah sebagai berikut :
1.
Kraca, keong mas, dan sumpil diambil dan
diletakan di atas talenan.
2.
Segmen ketiga dari belakang dipotong
tanpa merusak cangkangnya dengan menggunakan pisau. Setelah pemotongan, pisau
dibersihkan dengan tissue untuk
digunakan pada pemotongan sampel berikutnya.
3.
Lendir dari keong mas dioleskan pada objek glass.
4.
Object
glass ditutup dengan cover
glass.
5.
Sampel diamati di mikroskop.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No.
|
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
1.
|
Kraca
|
Tidak
ditemukan larva serkaria
|
negatif
|
2.
|
Keong mas
|
Tidak
ditemukan larva serkaria
|
negatif
|
3.
|
Sumpil
|
Tidak ditemukan larva serkaria
|
negatif
|
Pemeriksaan sampel baik dari keong mas, kraca maupun sumpil yang
kelompok saya lakukan, dapat diketahui bahwa ketiga hasil
pemeriksaan menunjukkan hasil negatif dengan tidak ditemukannya stadium larva
serkaria pada pengamatan yang kami lakukan di bawah mikroskop.
B. Pembahasan
Metode pemeriksaan cacing Trematoda dengan
sampel keong mas, kraca, dan sumpil merupakan metode yang sangat sederhana.
Terlihat dari bahan yang digunakan dan alat-alat penelitian yang mudah
didapatkan. Selain itu, pada metode ini hanya menggunakan lendir yang terdapat
pada sampel. Trematoda bereproduksi aseksual di hospes perantara
I (siput), menghasilkan ribuan serkaria untuk ditransmisikan ke hospes
perantara II (Peterson, 2013).
Cara kerja metode ini dengan cara memotong segmen
ketiga dari ujung cangkang yang terdapat organ hati tempat serkaria berkembang,
oleh karena itu dibutuhkan spesimen hidup agar serkaria juga masih
hidup. Cangkang yang telah terpotong tersebut akan keluar lendir. Lendir
diulaskan pada object glass, kemudian
ditutup dengan cover glass lalu amati
dengan mikroskop, kemudian proses pemeriksaan
diulangi dengan spesimen yang berbeda.
Setiap metode yang digunakan pada penelitian, terdapat
beberapa kekurangan dan kelebihan, antara lain :
1.
Kekurangan dari metode
yang digunakan :
a.
Siput mudah
hancur karena bentuknya yang kecil
b.
Harus benar dalam
melakukan proses pemotongan agar keong tidak pecah
2.
Kelebihan dari
metode yang digunakan :
a.
Alat yang
digunakan sederhana
b.
Bahan untuk
sampel mudah ditemukan
c.
Cukup efektif
untuk proses pemeriksaan cacing trematoda
d.
Biaya yang
digunakan untuk melakukan pemeriksaan sangat efisien
Jenis siput, seperti keong mas (Pomacea
canaliculata), kraca (Pila
ampullaceae), dan sumpil (Helix
pomatia) potensial untuk menyerang
persawahan. Siput adalah herbivora yang sangat rakus. Selain padi muda, mereka
juga menyukai tanaman air seperti Azolla, eceng gondok, kangkung, dan
berbagai jenis sayuran lainnya. Oleh karena itu, kelompok siput dengan mudah
dapat berkembang biak di persawahan (Susanto, 1995).
Keong sawah (Pilla
ampullaceal) adalah jenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar
Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, dan danau. Hewan bercangkang ini
dikenal pula sebagai kraca, keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut.
Bentuknya agak menyerupai siput murbai, tetapi keong sawah memiliki warna
cangkang hijau pekat sampai hitam. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya,
ia memiliki operculum, semacam penutup atau pelindung tubuhnya yang lunak
ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya (Muchsin dkk, 2010).
Keong mas (Pomacea canaliculata) tergolong
dalam famili Ampullaridae dan ordo Mesogastropoda. Cangkang keong mas berwarna
kuning. Lingkaran (ubin) cangkang terdiri dari lima sampai enam buah dipisahkan
dengan kedalaman yang disebut suture, bukaan cangkang (aperture)
berbentuk panjang dan hampir bulat. Keong mas jantan memiliki aperture lebih
bulat dari betina. Ukuran cangkang bervariasi dengan lebar 4-6 cm dan tinggi
4,5-7,5 cm. Operculum (tutup cangkang) umumnya tebal dan strukturnya
berpusat dipusat cangkang. Operculum
dapat ditarik masuk ke dalam aperture. Pada bagian kepala keong mas terdapat
sepasang tentakel panjang berpangkal di atas kepala (Rusdy, 2010).
Sumpil (Helix pomatia)
sering dijumpai di sungai atau di areal persawahan. Sumpil sangat mudah
dibedakan dengan Gastropoda lain karena sumpil berbentuk kerucut lancip
dan kecil. Cangkang sumpil berwarna hitam polos, walaupun jenis lain ada yang
berwarna kecoklatan dengan bintik-bintik hitam maupun coklat yang lebih tua
(Nurhudda, 2012).
Menurut Soedarto (2011), Trematoda memiliki lima
jenis larva, yaitu:
1. Mirasidium,
merupakan larva stadium pertama yang menetas dari telur pada waktu masuk ke
dalam air. Larva ini memiliki silia untuk bergerak.
2. Sporokista,
merupakan larva yang terbentuk di dalam tubuh molluska. Larva ini merupakan
kantong yang berisi redia muda.
3. Redia,
merupakan larva yang terbentuk di dalam tubuh molluska. Larva ini memiliki oral
sucker dan berisi redia atau serkaria.
4. Serkaria,
merupakan stadium terakhir yang terdapat di dalam tubuh molluska. Larva ini
memiliki ekor dan akan meninggalkan tubuh molluska kemudian bebas berenang di
air.
5. Metaserkaria,
merupakan stadium infektif yang membentuk kista dan kehilangan ekornya. Larva
ini terdapat pada hospes perantara kedua.
Dalam tubuh hospes pertama Trematoda yaitu
siput, terdapat sporokista, redia, dan serkaria. Dari ketiga larva
tersebut, biasanya serkaria yang diamati dengan mikroskop. Serkaria memiliki
sebuah oral sucker dengan banyak papila dan oral aperture
di tengahnya serta terapat ventral sucker dengan beberapa papila diskrit
di tepi. Serkaria memiliki kelenjar penetrasi lateral dan kelenjar
preacetabular, yang menyebabkan saluran-saluran daerah anterior membuka ke
dalam saku anterior kecil. Sel-sel api serkaria terletak di lateral.
Dalam tubuh serkaria, sel-sel somatik tampaknya memiliki metabolisme yang
aktif, dengan retikulum endoplasma berkembang dengan baik, butiran sekretori,
dan inti yang jelas (Pinheiro dkk, 2012).
Berdasarkan pemeriksaan pada kraca,
keong mas, dan sumpil mendapatkan hasil yang negatif atau dapat dikatakan
pemeriksaan pada sampel tidak mengandung larva atau yang disebut dengan
serkaria dari cacing trematoda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil negatif untuk ketiga sampel, antara lain :
1.
Petani tidak lagi
menggunakan pupuk kandang untuk menyuburkan tanaman.
2.
Digunakannya
traktor untuk membajak sawah, sehingga sapi ataupun kerbau tidak lagi digunakan
untuk membajak karena kurang efisien.
3.
Sanitasi
lingkungan yang semakin baik.
4. Saat
melakukan identifikasi, praktikan kurang teliti dan tidak mengikuti prosedur
kerja yang ada.
5. Siput
memang belum terinfeksi cacing trematoda.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, maka dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1. Hasil
yang didapatkan dari pemeriksaan potongan segmen dari sampel adalah negatif,
karena tidak terdapat larva cacing trematoda.
2. Terdapat
berbagai macam jenis keong yang berperan menjadi hospes perantara dari cacing
trematoda, diantaranya adalah :
a. Pomacea
canaliculata (keong mas)
b. Pila
ampullaceae (kraca)
c. Helix
pomatia (sumpil)
3. Pemeriksaan
keong dengan menggunakan metode pemotongan pada 3 segmen atau ruas cangkang
keong cukup efektif karena mudah dilakukan dan cukup baik dalam proses
diagnosis cacing.
4. Trematoda
(cacing daun) memiliki lima jenis larva yaitu mirasidium, redia, sporokista,
serkaria dan metaserkaria tetapi yang biasanya dapat ditemukan dalam
pemeriksaan keong adalah larva serkaria.
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum
setiap kelompok didampingi oleh satu orang asisten praktikum agar praktikan
tidak bingung dan praktikum lebih berjalan dengan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Hafsah. 2013.
“Karakteristik Habitat dan Morfologi Siput Ongcomelania Hupensis Lindoensis Sebagai
Hewan Reservoir dalam Penularan Shistosomiasis pada Manusia dan Ternak di Taman
Nasional Lore Lindu”. J. Manusia Dan Lingkungan, Volume 20(2): 144-152.
Hala, Yusminah. 2007. Biologi
Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.
Irianto. 2013. Upaya
Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar. Jakarta: UI press.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Muchsin, dkk. 2010. Kepadatan
Keong Pila ampullaceal di
Areal Persawahan Pondok Hijau. Laporan Praktikum Ekologi Hewan.
Peterson,
R.A. 2013. “Relative Competence of Native and Exotic Fishhosts for Two Generalist
Native Trematodes”. International Journal
for Parasitology: Parasites and Wildlife. Volume 2: 136–143.
Widoyono.
2005. PENYAKIT TROPIS: Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasan.Semarang:
Erlangga.
Rusdy, Alfian.
2010. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas Keong Mas”. J.
Floratek, 5: 172-180.
Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto.
Pinheiro, Jairo, dkk. 2012. “New insight into the morphology ofEurytrema
coelomaticum (Trematoda, Dicrocoeliidae) cercariae by light, scanning, and
transmission electron microscopies”. Parasitology Research. Volume 111(4): 1437-1445.
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar